Sabtu, 02 Januari 2016

Jangan mencela sahabat Nabi SAW

Keutamaan Sahabat Nabi SAW

diriwayatkan dalam shahih bukhari, pada bab Fadhail as-Shahabah. Nabi SAW bersabda,
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
artinya, " janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, karena seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seumpama gunung uhud, tidak akan bisa menandingi satu mud salah seorang dari mereka, tidak juga setengahnya".

hadits ini ditujukan kepada seluruh kaum muslimin, baik yang berada dizaman Nabi SAW maupun orang yang hidup setelahnya. Subhanallah, hadits ini merupakan hadits yang membantah celaan & laknat kaum syiah kepada Abu Bakr, Umar, Aisyah dan sahabat-sahabat lain yang menurut mereka adalah orang tercela dan terlaknat. sebab baginda Rasulullah SAW melarang siapapun untuk mencela sahabat. menurut salah seorang ulama, hadits ini tidak hanya menunjukkan keutamaan abu bakar saja, sebab hadits ini terletak pada keutamaan abu bakr, akan tetapi hadits ini juga menunjukkan atas keutamaan seluruh sahabat yang lain.

al-Imam Nawawi dalam syarah Shahih Muslim menyebutkan,

وَاعْلَمْ أَنَّ سَبَّ الصَّحَابَة رَضِيَ اللَّه عَنْهُمْ حَرَام مِنْ فَوَاحِش الْمُحَرَّمَات ، سَوَاء مَنْ لَابَسَ الْفِتَن مِنْهُمْ وَغَيْره ؛ لِأَنَّهُمْ مُجْتَهِدُونَ فِي تِلْكَ الْحُرُوب ، مُتَأَوِّلُونَ كَمَا أَوْضَحْنَاهُ فِي أَوَّل فَضَائِل الصَّحَابَة مِنْ هَذَا الشَّرْح . قَالَ الْقَاضِي : وَسَبُّ أَحَدهمْ مِنْ الْمَعَاصِي الْكَبَائِر ، وَمَذْهَبنَا وَمَذْهَب الْجُمْهُور أَنَّهُ يُعَزَّر ، وَلَا يُقْتَل . وَقَالَ بَعْض الْمَالِكِيَّة : يُقْتَل

"ketahuilah, bahwa mencela sahabat Ra adalah perbuatan yang Haram dan termasuk kedalam keharaman yang keji, baik sahabat tersebut masuk dalam masa fitnah maupun yang tidak, karena sesungguhnya mereka (pada masa fitnah itu) tergolong kepada orang yang berijtihad (jika benar dapat pahala 2, jika salah dapat 1 pahala) pada perang tersebut dan juga yang menakwil, sebagaimana yang telah kami jelaskan diawal pembhasan keutamaan sahabat dari penjelasan ini. Berkata al-Qadhi, "mencela salah seorang dari sahabat termasuk kedalam dosa besar, dan Madzhab kitab yaitu madzhab jumhur bahwa orang yang mencela itu diberikan hukuman, dan tidak dibunuh. dan berkata sebagian pengikut imam Malik bahwa orang itu harus dibunuh.



Sabtu, 31 Oktober 2015

Tafsir an-Naba (berita besar)

Tafsir Annaba 

surat annaba adalah surat makkiyyah, 40 ayat 173 kata dan 770 huruf sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani tanara dalam tafsirnya yang populer yaitu Tafsir Maroh Labiid. 

surat annaba adalah permulaan dari Juz 30 atau yang biasa disebut dengan juz 'amma. perlu kita ketahui, bahwa pada surat an-Naba ini penekanannya kepada aqidah atau tauhid. karena secara global, surat-surat makkiyyah isinya seputar tentang masalah aqidah atau keyakinan saja. walaupu ada beberapa ayat yang mengajarkan nilai-nilai ubudiyyah akan tetapi diungkapkan secara global saja. karena pada periode makkah inilah masyarakat muslim sedang digembleng dan dibina imannya. 

sebab turunnya ayat ini adalah ketika para orang-orang kafir Quraisy mempertanyakan tentang kejadian hari kiamat, apakah benar adanya ataukah tidak. bahkan diantara mereka  ada yang mengingkari tentang kejadian hari kiamat. sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Imam suyuti dalam tafsirnya ad-Durrul Mantsur :  

وَأخرج عبد بن حميد وَابْن جرير وَابْن الْمُنْذر عَن قَتَادَة {عَم يتساءلون عَن النبإ الْعَظِيم الَّذِي هم فِيهِ مُخْتَلفُونَ} قَالَ: هُوَ الْبَعْث بعد الْمَوْت صَار النَّاس فِيهِ رجلَيْنِ مُصدق ومكذب فَأَما الْمَوْت فاقروا بِهِ كلهم لمعاينتهم إِيَّاه وَاخْتلفُوا فِي الْبَعْث بعد الْمَوْت
diriwayatkan oleh Abdu bin Humaid dan Ibn Jarir dan Ibn Mundzir dari Qatadah " tentang apakah mereka saling bertanya ? tentang berita besar yang mana mereka tentangnya saling berbeda pendapat" ia berkata, " itu adalah hari kebangkitan setelah kematian, maka orang-orang menjadi 2 kelompok, ada yang mengimani dan ada yang mendustakannya. Maka adapun perkara "mati" mereka sepakat semuanya, akan tetapi mereka berbeda pendapat didalam perkara "kebangkitan manusia" setelah mati. 

ketika orang-orang kafir tidak mempercayai adanya hari kebangkitan, maka Allah SWT membantah secara tegas dengan pertanyaannya bahwa Ia telah Mampu menciptakan Bumi, Gunung, Langit, Awan, Hujan, Hutan dimana kesemuanya adalah penciptaan yang rumit bukan perkara mudah, bagaimana mungkin Allah SWT tidak bisa menghancurkan alam semesta sementara Ialah yang Menciptakannya ? hal itu diungkapkan pada ayat 6-16.

setelah Allah SWT membantah keyakinan orang kafir bahwa hari kiamat dan kebangkitan tidak akan terjadi, maka setelah itu, Allah SWT membuat pernyataan yang amat sangat tegas, karena disertai dengan taukid (penguat)


إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا
Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, (an-Naba 17)

pada ayat diatas sudah sangat jelas, bahwa hari keputusan adalah hari yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebelum terciptanya alam semesta ini. karena pada ayat ini, diungkapkan dengan shigot كان yang menunjukkan akan makna yang telah la/mpau. jika hari itu telah ditentukan kapan waktunya, telah dibuktikan sendiri oleh Allah dengan hujjah-hujjahNya, maka kenapa mereka masih mengingkarinya ? 

bahkan bukan hanya itu saja, Allah SWT memberikan gambaran-gambaran yang belum sama sekali mereka pikirkan sebelumnya, tentang proses terjadinya hari kiamat tersebut. sebagaimana firmanNya 

"yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu, dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia."  (an-Naba' 17-20)

didalam tafsir durrul mantsur, Rasulullah SAW bersabda, “ Wahai Muadz, engkau telah bertanya tentang suatu perkara yang luar biasa”, mendengar perkataan itu Rasulullah menangis, kemudian Rasulullah meneruskan “Allah mengumpulkan kelompok muslimin kedalam 10 kelompok, kemudian Allah ganti rupa mereka (menjadi rupa yang lain), (1) maka sebagian dari mereka (dirubah rupanya) menjadi kera’, (2) sebagian yang lain dalam rupa babi, (3) sebagian yang lain kaki mereka berada diatas wajah mereka, sedangkan mereka berjalan dengan wajah mereka, (4) sebagian dari mereka ada yang buta, sehingga mereka tersesat, (5) sebagian dari mereka tuli dan bisu dan tidak berakal, (6) sebagian dari mereka mengunyah (memakan) lidah mereka sendiri, dan lidahnya menjulur sampai diatas dada mereka, mengalirlah nanah dari mulut mereka seperti air liur, sehingga membuat orang-orang disekitarnya merasa jijik, (7) sebagian yang lain terputus tangan dan kaki mereka, (8) sebagian yang lain disalib dibatang dari api (neraka), (9) sebagian dari mereka ada yang menjadi bangkai yang busuk, (10) sebagian dari mereka ada yang memakai jubah yang mewah yang melekat dikulit mereka. demikianlah keadaan orang-orang ketika saat itu. 

setelah diputuskan tentang perkara manusia, maka bagi mereka yang tidak taat kepada Allah dan melampaui batas akan tetapi mereka muslim maka tempat sementara mereka saat itu dineraka, adapun bagi mereka yang masih tidak mengimani tentang adanya hari kiamat dan tidak mengimani Kenabian Muhammad SAW maka tempat mereka dineraka jahannam. sebagaimana firmanNya : 

إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا
Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, (an-Naba  21)

apa yang dimaksud dengan "tempat pengintai" ? adalah tempat pengintai orang-orang penghuni neraka jahannam. dan neraka jahannam disiapkan bagi  orang-orang yang melampaui batas, mereka kekal didalamnya, tidak merasakan kesejukan dan kenyamanan, dan yang mereka rasakan hanyalah air yang mendidih dan nanah. sebagai balasan dari apa yang mereka kerjakan didunia. apa yang mereka kerjakan didunia ? mereka tidak takut kepada hisab disebabkan mereka tidak percaya dengan adanya hari kebangkitan dan mereka mendustakan ayat-ayat kebesaran Allah SWT.